Jumat, 20 April 2018

'Serangan AS ke Suriah sejatinya bukan karena alasan senjata kimia'

'Serangan AS ke Suriah sejatinya bukan karena alasan senjata kimia'

Bukan suatu hal mengejutkan bagi para pengamat internasional ketika Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis melancarkan serangan ke Suriah pada Jumat lalu. AS berdalih serangan ke Suriah itu sebagai respons atas dugaan penggunaan senjata kimia militer Suriah terhadap warga sipil di Kota Douma, Ghouta Timur. Namun sebagian kalangan menilai sesungguhnya alasan di balik serangan itu jauh lebih kompleks.

Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) baru akan memulai penyelidikan soal dugaan penggunaan senjata kimia di Douma itu namun AS dan sekutunya sudah melancarkan serangan lebih dulu.
Rusia yang selama ini sekutu kuat Suriah mengatakan serangan senjata kimia yang terjadi di Suriah itu dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat atau organisasi non-pemerintah yang dibayar oleh Inggris dan AS.
Menurut perwakilan Rusia untuk tim OPCW, Alexander Shulgin, Negeri Beruang Merah itu punya bukti tak terbantahkan bahwa sesungguhnya tidak pernah ada yang namanya serangan senjata kimia di Kota Douma, Suriah, sebagaimana yang dituduhkan.
"Oleh sebab itu, kami bukan saja punya 'keyakinan sangat kuat' tapi juga bukti tak terbantahkan bahwa tidak ada insiden serangan senjata kimia pada 7 April di Douma dan semua ini adalah provokasi terencana yang dilakukan oleh intelijen Inggris, kemungkinan disokong oleh sekutu lama mereka dari Washington, dengan tujuan menipu komunitas internasional dan menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Suriah," kata Shulgin, seperti dilansir laman Sputnik News, Senin (16/4). Meski begitu Shulgin tidak membeberkan bukti-bukti itu.
AS bom Suriah 2018 REUTERS/Omar Sanadiki
Menurut Shulgin, eksekutor dari provokasi terencana ini di lapangan adalah organisasi LSM yang merupakan oposisi pemerintah Suriah.
"Di antara mereka adalah White Helmets," kata dia.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov merilis pernyataan dari tim medis di rumah sakit Douma yang mengatakan sekelompok orang datang ke rumah sakit sambil membawa kamera video dan berteriak pasien yang mereka bawa terkena serangan senjata kimia lalu mengguyur mereka dengan air dan membuat situasi panik. Namun tim medis mengatakan tak satu pun dari pasien yang dibawa itu mengalami gejala terkena serangan senjata kimia.
Konashenkov mengatakan Rusia tahu bahwa antara 3 April dan 6 April, White Helmets berada dalam 'tekanan terutama dari London untuk sesegera mungkin membuat provokasi yang terencana'.
Namun Duta Besar Inggris untuk PBB Karen Pierce membantah tudingan Rusia itu.
"Ini sungguh tidak masuk akal, bohong besar, ini jelas berita palsu yang kita saksikan dari mesin propaganda Rusia," ujar Pierce kepada wartawan.
Meski demikian, pengamat dari Institut Charhar dan peneliti Ilmu Sosial di Akademi China, He Wenping, berpendapat, serangan AS ke Suriah yang tanpa didukung bukti kuat bisa dianggap sebagai upaya untuk menekan rezim Assad yang kini sudah berada di atas angin setelah menguasai kembali Ghouta Timur dari tangan oposisi pemberontak.
"Konflik Suriah yang kini sudah memasuki tahun kedelapan, membuat pengaruh Rusia dan Iran kian menguat di negara itu dan di Timur tengah secara keseluruhan," kata He, seperti dilansir laman CGTN, akhir pekan lalu.
Rusia menjadi kekuatan dominan dalam proses pembangunan kembali Suriah pasca perang. Di mata AS dan sekutunya, termasuk Arab Saudi dan Israel, jelas mereka tidak mau Rusia dan Iran kian mempunyai pengaruh kuat di kawasan Timur Tengah.
"Serangan AS ini juga berbarengan dengan perkembangan teranyar di Suriah di saat situasi sangat tidak menguntungkan bagi pasukan pemberontak setelah militer Suriah menguasai sebagian besar dari wilayah Ghouta Timur," kata He.
Dengan serangan ke Suriah ini, lanjut He, AS ingin menyampaikan beberapa pesan kepada Rusia dan dunia. Pertama, AS masih sebagai negara militer terkuat di dunia. Kedua, AS tidak bisa lagi membiarkan Rusia dan Iran memperkuat pengaruhnya di Suriah dan Timur Tengah. Ketiga, AS bisa dengan mudah mengubah momentum dan kembali berperan di Timur Tengah jika mereka ingin melakukannya. Keempat, ketika AS memutuskan mengambil tindakan militer maka mereka tidak sendirian, tapi didukung sekutu di dunia Barat.
Sumber : https://www.merdeka.com/dunia/serangan-as-ke-suriah-sejatinya-bukan-karena-alasan-senjata-kimia.html

Tidak ada komentar:
Write komentar